|
| Sejumlah tokoh agama mempertanyakan apakah kerusuhan di Temanggung, Jateng, didesain pihak tertentu Saat berdialog dengan polisi Namun, Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang membantahnya. “Saat ini, di tengah masyarakat muncul isu kerusuhan itu didesain. Ini harus diklarifikasi agar isu tidak berkembang macam-macam,” kata Dewan Pengurus Masjid Agung Jateng, Ali Mufiz dalam dialog dengan Polda Jateng di Mapolda, Jl Pahlawan Semarang, Senin (14/2). Lontaran serupa muncul dari perwakilan umat Hindu. Menurut dia, dari kronologinya, kerusuhan itu seolah-olah diciptakan. “Tapi kita tidak tahu itu siapa,” katanya. Kapolda Jateng Irjen Edward Aritonang membantah adanya desain dalam kerusuhan tersebut. Kejadian itu murni karena massa tidak puas terhadap vonis hakim dengan terdakwa penistaan agama, Antonius.
“Dari pemeriksaan tersangka, massa sudah siap-siap menghakimi terdakwa jika vonis hakim tak sesuai keinginan mereka,” jelas Kapolda.
Sebenarnya, secara legal formal, vonis 5 tahun sudah maksimal. Tapi massa menilai vonis itu terlalu ringan. Mereka ingin terdakwa dihukum mati.
“Tidak ada yang bisa menjelaskan soal ini pada saat kejadian. Karena itu, massa marah dan berusaha mengambil terdakwa dari kawalan polisi. Tapi terdakwa kan kita amankan, sehingga mereka anarkis,” jelasnya.
Kapolda juga membantah polisi melakukan pembiaran. Yang terjadi adalah tak imbangnya jumlah massa dan personel kepolisian. Karena polisi terpusat di pengadilan dan pengamanan terdakwa, massa bisa meluapkan kemarahan di gereja, sekolah, dan tempat lain.
Ketua PWNU Jateng Abu Hapsin mengaku berterima kasih atas penjelasan polisi. Meski kerusuhan itu tak terkait agama, ia menilai saat ini kerukunan umat beragama masih terkesan elitis. Untuk itu, bersama tokoh agama lain, ia akan terus berusaha mengkampanyekan nilai-nilai pluralisme agar kejadian serupa tak terulang dimasa yang akan datang.
|