Jajaran Polres Banyumas, memantau aktivitas enam warga yang sering menjenguk Abu Bakar Ba’asyir di LP Nusakambangan. Mereka dicurigai berkaitan dengan Islamic State (IS) atau Islamic State of Iraq or Syria (ISIS), dan paham radikal sejenis. ‘’Mereka sering berkunjung ke LP Nusakambangan, walaupun tidak bersama-sama.
Ini terus kami pantau, jangan sampai nanti tindakan mereka ikut menyebarkan paham IS atau terlibat kelompok radikal ini,’’ kata Kapolres Banyumas AKBP Dwiyono, di sela-sela acara ikrar menolak keberadaan IS.
Acara berlangsung di ruang pertemuan Graha Satria Pemkab Banyumas, ditandai penandanganan komitmen bersama oleh unsur pemerintah, ulama, dan tokoh masyarakat. Lebih lanjut, Kapolres menyatakan belum bisa menyebutkan identitas enam warga tersebut, termasuk daerah asal mereka.
‘’Datanya ada, tetapi belum bisa disampaikan karena belum ada tindakan nyata atau tanda-tanda mereka terlibat IS. Tetapi mereka intens menjenguk Abu Bakar di Nusakambangan,’’ tandasnya. Khusus untuk mahasiswa dan pelajar, dia juga meminta agar mewaspadai penyebaran faham tersebut.
Jika masyarakat menemukan, segera melaporkan ke aparat terkait. ‘’Jika ada yang terlibat, maka langsung ditangkap saja. Akan kami proses sesuai hukum yang berlaku,’’ katanya.
Ikrar
Sementara itu, ikrar menolak IS di Graha Satria Pemkab Banyumas, kemarin diikuti pemimpin pondok pesantren, tokoh lintas agama, dan berbagai elemen masyarakat.
Beberapa organisasi yang terlibat, antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyumas, FKAUB, PCNU, PD Muhammadiyah, serta perwakilan pondok pesantren.
Dari unsur pemerintah dan aparat negara, diwakili Bupati Achmad Husein, Kapolres AKBP Dwiyono, Dandim 0701 Banyumas Letkol Inf Asep Afandi, perwakilan dari Kejari Purwokerto, Kajari Banyumas.
Ikrar juga disaksikan Danrem 071 Wijayakusuma Kolonel Inf Edison. Dalam kesempatan itu, bupati mengatakan IS membahayakan keutuhan NKRI. Karena itu Banyumas menolak organisasi dan faham tersebut.
Pihaknya juga akan segera mengumpulkan kepala desa, untuk meneruskan sosialisasi ke perangkat. Selain itu juga akan mengumpulkan kepala SMA, SMK dan SMP untuk ikut membantu mensosialisasikan kepada siswa mereka. ‘’Kami akan memfasilitasi upaya menangkal gerakan IS ini dengan cara melakukan sosialisasi sampai ke masyarakat dan sekolahsekolah,’’ katanya.
Dandim mengatakan, karena gerakan ini membahayakan, sehingga semua elemen masyarakat harus waspada. Keterlibatan tokoh-tokoh lintas agama dan pondok pesantren sangat diperlukan, untuk ikut mencegah atau menangkal