PATI - Sabtu (3/12) malam wilayah pati dan sekitarnya di landa banjir bandang. Akibatnya, puluhan rumah roboh dan sejumlah jembatan ambrol.
Banjir juga menyebabkan tiga orang tewas, dua di Pati dan seorang di Kudus. Ribuan rumah dan puluhan hektare areal pertanian terendam. Musibah itu diduga kuat dipicu kerusakan hutan di kawasan hulu Pegunungan Kendeng Utara. Banyak pohon di pegunungan kapur tersebut yang ditebang. Selain itu, sejumlah kawasan ditambang tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kandungan alam yang marak ditambang antara lain batu kapur dan fosfat. Tak sedikit pertambangan yang tak berizin sehingga tidak terpantau. Penyebab lain adalah menyempitnya alur sejumlah sungai akibat pendangkalan.
Tiga korban meninggal adalah Rabu (70), warga Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati; Jasmi (80), warga Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo; dan Abdul Wahab (22), warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
Rabu tewas terseret arus sungai di desanya, Sabtu sore. Jasadnya baru ditemukan pada Minggu sekitar pukul 04.30.
Tubuhnya tersangkut di ranting pohon dan sampah di alur sungai. Jasmi ditemukan meninggal di rumahnya. Nenek yang tinggal bersama dua cucu itu tak mampu menyelamatkan diri saat air bah datang dari kawasan hulu di Pegunungan Kendeng Utara.
”Ibu mertua saya ditemukan meninggal di bawah tumpukan kayu atap dan reruntuhan rumah dalam kondisi duduk bersandar. Anak-anak yang berada di rumahnya bisa menyelamatkan diri,” ujar menantu korban, Ngatiem.
Adapun Abdul Wahab meninggal tertimpa pagar tembok brak rokok di Desa Ngembalkulon, Kecamatan Jati, Kudus. Korban yang dalam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, saat itu berteduh karena turun hujan deras disertai banjir. Tiba-tiba pagar di dekatnya ambruk dan menimpa Wahab.
Banjir bandang juga menyebabkan Sugeng (36), penduduk Desa Papringan, Kecamatan Kaliwungu, hanyut saat melintasi Sungai Tunggul. Hingga semalam dia belum ditemukan. Ketinggian air saat kejadian mencapai 1-1,5 meter.
Hingga semalam, warga masih sibuk membersihkan rumah mereka yang kemasukan lumpur. Sebagian warga mengungsi karena rumah mereka tak bisa ditinggali lagi.