Eko Karmianto (30), tahanan Polrestabes Semarang dalam kasus penodaan gadis di bawah umur, yang kabur berhasil ditangkap. Aksi itu sudah direncanakan. Informasi yang dihimpun di Polrestabes Semarang, sebelum kabur dia sudah mengirim pesan singkat kepada Rais (18), adik kandungnya. Dia meminta adiknya menunggu di daerah TPU Bergota, Semarang Selatan.
“Begitu kabur Eko langsung lari ke Bergota. Di sana adiknya dengan mengendarai motor Honda Vario sudah menunggu,” kata seorang petugas Polrestabes Semarang, Selasa (20/8) malam. Eko kemudian diantar Rais menuju rumahnya di Wana Mukti dan selanjutnya ke terminal Bawen. Eko melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus ke rumah istrinya di Desa Belimbing, Kecamatan Jatisrono, Wonogori.
“Roda ban motor standar diganti ban kecil, diduga itu sengaja supaya motor bisa lari kencang saat dikejar,” ujarnya. Motor tersebut saat ini telah disita petugas. Setelah kabur pihak keluarga Eko yang berada di Kedungmundu Tembalang didatangi petugas, tetapi sempat tidak kooperatif memberikan informasi.
Upaya polisi membuahkan hasil dengan membawa Rais dari pihak keluarga untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam membantu pelarian. Seorang sumber di kepolisian mengatakan, Eko mendapatkan kunci dengan menipu petugas jaga. Awalnya Eko meminjam kunci untuk membuka tahanannya, agar dapat bersih-bersih di halaman dalam tahanan. Tetapi kunci yang menyatu dengan kunci-kunci lain dimanfaatkan oleh Eko untuk kabur.
Kunci pintu utama ternyata diambil, sehingga saat petugas jaga tertidur dia membuka pintu dan keluar dengan melompati tembok sekitar masjid Polrestabes. “Kuncinya dibuang di selokan depan Polrestabes. Dia lalu lari ke sekitar TPU Bergota. Sebelum kabur, Eko diduga menelepon adiknya dari dalam tahanan,” ujar sumber yang enggan disebut namanya.
Upaya penangkatan yang dipimpin Iptu Willy Budiyanto dari Unit Resmbob Polrestabes Semarang ini, dipecah menjadi dua tim. Satu tim memburu tersangka di wilayah Semarang, satu tim ke Wonogiri. Di Wonogiri tim berhasil menemukan Eko bersama mertuanya, istri, dan anak. Eko diinformasikan sempat bersembunyi saat tim mendatangi rumah istrinya. “Keluarga istrinya ini masih berbelit saat tim menyambangi,” ujar seorang sumber.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Elan Subilan, belum membeberkan kronologi kejadian. Saat ditanyai wartawan usai gelar kasus di Mapolrestabes, Elen belum mau berkomentar banyak. Selasa (20/8) siang itu, Elan hanya mengonfirmasi timnya telah menangkap lagi pelaku. “Nanti saja saya ngomongnya. Kalau sudah ada pelakunya,” katanya.
Kasus tahanan Polrestabes Semarang kabur, menjadi perhatian publik. Ketua Pusat Studi Kepolisian Universitas Diponegoro, Budi Witjaksana, dengan tegas menyimpulkan bahwa terjadi kesalahan di tingkat petugas jaga. Sebab, tugas petugas jaga adalah menjaga tahanan agar tidak kabur. “Kalau kabur, sudah dipastikan ada kelalaian. Apalagi informasinya ditinggal tidur oleh petugas,” ujarnya.
Selidiki Petugas
Kelalaian ini, lanjutnya, harus menjadi pelajaran bagi kepolisian agar memberi sanksi petugas dan mengevaluasi sistem jaga. Sebab, tahanan kabur akan membuat kepolisian rugi, karena harus kembali mengejar pelaku. “Ada biaya ekstra jika dilakukan pengejaran kembali. Pastinya tugas polisi jadi lebih banyak. Polisi bisa boros,” katanya. Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djihartono mengatakan, diduga adanya pelanggaran dalam standar penjagaan.
Lima petugas yang seharusnya jaga, hanya ada dua di dalam tahanan. Sementara di luar tahanan ada empat petugas. “Yang tidak masuk ada alasan mudik dan istri sakit. Yang diperiksa sementara ini empat orang yang menjaga di bagian luar, karena diduga kunci dicuri dari petugas itu,” katanya. Rencananya keempat petugas itu akan menjalani sidang kode etik di Propam Polda Jateng Selasa (20/8). Namun diundur, karena pelaku yang kabur telah ditangkap kembali.
“Keterangan petugas dan pelaku akan disinkronkan, agar mendapatkan akurasi dalam persidangan,” ujarnya. Padahal pengamanan di ruang tahanan Polrestabe Semarang sudah cukup maksimal dan berlapis. Selain dipasang kamera CCTV, setiap harinya ruang tahanan dijaga 15 petugas secara bergantian, sehingga, tahanan dipastikan akan aman dan sulit keluar dari ruang tahti Polrestabes Semarang. Ruangan tahanan Polrestabes Semarang berada di lantai satu. Selain pengamanan ketat, pintu tahanan hanya satu, sehingga akses utama yang digunakan pun satu-satunya harus melewati pintu yang dijaga petugas tahanan.
Kasubag Humas Polrestabes Semarang, Kompol Willer Napitupulu mengatakan, pengamanan di ruang tahanan sudah diperketat, yakni dengan pemasangan kamera CCTV di sejumlah titik. Hal itu dilakukan, agar dengan mudah petugas mengamati gerak-gerik para tahanan. Selain itu, petugas jaga selalu berjaga 24 jam secara bergilir.
Setidaknya 15 petugas dengan tiga shift yang mendapat tugas menjaga tahanan Polrestabes Semarang. Mereka bergantian setiap jaga lima petugas. “Ada petugas jaga yang sudah ditentukan jadwal masing-masing secara bergilir,” katanya. Saat ini tahanan Polrestabes Semarang ada 139 orang dari berbagai kasus. Sedangkan kapasitas tahanan adalah 200 orang, sehingga ruang tahanan tidak overload. “Jika ada tahanan lebih langsung kami titipkan di Lapas Kedungpane,” katanya