Jalur selatan Jawa Tengah yang menghubungkan Kebumen dengan Purworejo, Minggu (22/12) sore sudah bisa dilalui kendaraan kecil, setelah banjir mulai surut. Arus lalu lintas berangsur normal. Namun demikian, sesekali arus tersendat, bahkan terkadang macet.
Hingga pukul 17.00, ketinggian air rata-rata sekitar 20 cm. Ratusan truk yang sebelumnya diparkir di barat jembatan Sungai Gebang, Kecamatan Prembun, Kebumen, sudah tidak terlihat.
Mobil kecil seperti minibus diperbolehkan melintas. Kasat Lantas Polres Kebumen AKP Aron Sebastian menjelaskan, pengalihan jalur masih diterapkan karena arus lalu lintas masih padat. Pengalihan jalur itu yakni melalui pertigaan Gentan ke selatan menuju Jalur Lintas Selatan-Selatan (JLSS).
Jalur alternatif kedua, pertigaan Jalan Wadaslintang ke utara melalui Pituruh dan tembus Kutoarjo. ”Jika terjadi penumpukan kendaraan, kendaraan kecil masih dialihkan melalui kedua jalur alternatif tersebut agar tidak terjadi kemacetan,” ujar Aron.
Selama tiga hari terakhir, setidaknya empat kendaraan terperosok di jalur alternatif. Namun tidak menimbulkan korban jiwa. Sementara itu, jarak antara Prembun, Kebumen dan Kutoarjo yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, hingga kemarin siang harus ditempuh dalam tiga jam. Pasalnya, kemacetan masih terjadi di jalur alernatif, baik melalui Pituruh maupun lewat Jalan Daendels (JLSS). ”Saya dari Kutoarjo pukul 08.30 sampai Prembun pukul 11.30,” ujar Sukmawan (37), warga Desa Kutosari, Kebumen yang baru pulang dari Yogyakarta.
Sehari sebelumnya, dia juga mengalami hal yang sama. Saat berangkat, dia lewat jalur selatan dan mengalami macet sekitar empat jam.
Sementara itu, arus lalu lintas yang melalui Kecamatan Butuh, Purworejo berangsur normal. Jembatan Butuh sudah difungsikan secara normal, tak lagi dengan sistem buka-tutup kendaraan. Ratusan kendaraan melintas, baik dari arah timur maupun barat. Sebelumnya, Jembatan Butuh ditutup lantaran badan jembatan tertutup aliran banjir sehingga dan membahayakan pengendara. Kendaraan dari arah timur dialihkan ke JLSS melalui jalur Kutoarjo-Ketawang dan Jalan Andong. ”Arus mulai lancar. Namun petugas Satlantas masih bersiaga,” ujar Kapolres Purworejo AKBP Roma Hutajulu.
Kasat Lantas AKP Sri Hasta B menambahkan, sebagian besar genangan air di jalan sudah surut. Air yang menggenang tinggal sisa, antara lain di sekitar Jembatan Butuh, wilayah perbatasan Purworejo-Kebumen. ”Sekarang tinggal sekitar 30 sentimeter dan memungkinkan untuk dilewati kendaraan roda empat kecil maupun besar, juga sepeda motor,” ujarnya.
Korban Bertambah
Pantauan di lapangan, kemarin, jalur Kutoarjo-Kebumen didominasi kendaraan-kendaraan besar, seperti truk dan bus. Kendaraan-kendaraan pribadi memilih tetap melewati Jalur Daendels dan beberapa jalur alternatif, seperti ruas Kutoarjo-Kemiri-Pituruh. Sementara itu, beredar kabar konstruksi Jembatan Butuh bergeser dan tidak aman lagi. Hal itu dibantah Dewo ST, Pengawas Pekerjaan Swakelola Pemeliharaan Jalan Purworejo-Kebumen BPT Bina Marga Jawa Tengah Wilayah Kutoarjo. Ia menegaskan, konstruksi jembatan masih aman untuk dilewati.
”Banjir tidak sampai mengubah konstruksi jembatan yang mengakibatkan tidak aman. Jadi tidak benar Jembatan Butuh bergeser,” tandasnya.
Memasuki hari ketiga bencana alam yang terjadi di Purworejo, Minggu (22/12), situasi mulai terkendali. Jumlah pengungsi tercatat 6.323 orang. Karena banjir mulai surut, sebagian pengungsi kembali ke rumah. Namun, banyak pengungsi yang tetap bertahan karena daerah tempat tinggalnya masih digenangi air.
Bantuan terus berdatangan. Pemkab Purworejo belum mengeluarkan data kerugian akibat banjir di 12 kecamatan dan tanah longsor, tapi ditaksir miliaran rupiah. Sementara itu korban jiwa dilaporkan bertambah menjadi enam orang. Tiga korban yang sebelumnya telah terdata yakni Wongso (80), warga Tunggorono, Kutoarjo yang terseret arus banjir dari Sungai Bedono, serta Riamah (40) dan Siti Aminah (8), warga Desa Plipiran, Kecamatan Bruno yang tewas akibat tertimbun tanah longsor.
Korban berikutnya adalah Mustakim (32), warga Desa Pakisrejo, Kecamatan Banyuurip yang hanyut terseret arus Sungai Bogowonto; Junaedi (75), warga Desa Tegalgondo, Kecamatan Butuh yang tewas setelah terjebak banjir di rumahnya; dan Muthohar Hadik (9), warga Tanjunganom, Kecamatan Banyuurip yang tewas setelah tersetrum aliran listrik di pinggir jalan