Bangunan tua peninggalan zaman Belanda di Jalan Merak kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (24/11) pukul 01.30, ambruk.
Lima orang tertimbun reruntuhan, seorang di antaranya tewas seketika.
Korban meninggal adalah Endang (30), warga Kebonharjo, Semarang Utara, tewas. Adapun empat lainya mengalami luka. Mereka adalah Wagiyo (55) dan istrinya Saripah (50), warga Bergota RT 08 RW 06, Randusari, Semarang Selatan. Ika (37), warga Jalan Mataram serta Sulistyowati (35), warga Sambiroto RT 20 RW 06, Tembalang.
Keempat korban luka dibawa ke RS Pantiwilasa untuk diberikan perawatan medis, sedangkan jenazah Endang dibawa ke kamar mayat RSUP dokter Kariadi. Endang tewas akibat tertimbun reruntuhan setelah bangunan tua itu ambruk. Jenazahnya baru diangkat sekitar empat jam setelah peristiwa itu. “Saat ditemukan dia (korban-red) sudah tidak bernyawa. Dia mengalami patah kaki,” ungkap Kapolsek Semarang Utara, AKP Budiman Ghultom.
Tubuh Endang ditemukan di dalam parit di depan bangunan itu oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Semarang.
“Saat itu petugas BNPB dan pihak kami melihat kaki kiri korban menyembul ke permukaan,” ujarnya. Dalam peristiwa itu, kata dia, empat orang juga tertimpa reruntuhan.
Tiga di antaranya mengalami luka ringan, sedangkan Ika, patah tulang pada kaki sebelah kiri. “Reruntuhan itu juga menimpa kios milik Wagiyo dan motor Honda Supra X 125 H-5114-YR miliknya,” katanya.
Ghultom menambahkan, proses evakuasi sempat mengalami hambatan. Sebab, mereka hanya menggunakan alat seadanya. “Akses menuju lokasi juga sulit dilalui alat berat,” katanya.
Sementara itu, Wagiyo (55) mengatakan, dirinya tidak mengira kalau bangunan peninggalan Belanda yang berdiri kokoh itu ambruk. “Saat itu saya sedang tidur di kios, di depan gedung itu,” ujarnya.
Sebelum bangunan itu menimpa dia dan empat korban lain, termasuk kios semi permanen miliknya, Wagiyo mengaku mendengar suara gemuruh dan retakan tembok. “Belum sempat bangun dan melihat, tiba-tiba bangunan sudah ambruk,” katanya.
Reruntuhan bangunan itu kemudian menimpa dia serta istri dan tiga warga yang saat itu duduk di kursi, di samping kios,” katanya.
Kejadian yang cepat itu membuat lima korban tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan diri. Hingga tembok bata bangunan tersebut menimbun mereka.
“Kepala saya masih terlihat, jadi saya bisa minta tolong. Begitu juga lainnya kecuali Endang,” ungkapnya. Teriakan Wagiyo didengar warga di sekitar lokasi. Dia bersama tiga korban lain diangkat dari reruntuhan bangunan itu dan selamat.
Tak lama kemudian polisi beserta BNPB tiba di lokasi dan melakukan pencarian Endang. Empat jam kemudian jenazah Endang Ditemukan. “Gedung itu milik seorang warga keturunan, tiga bulan lalu pemiliknya ke sini (melihat gedung),” tandasnya (SM)