|
| Pembunuh Fatma Sari Wijaya (18), SPG tenaga lepas, berusaha menghilangkan jejak dengan mengambil telepon genggam milik korban. Telepon diambil agar korban tidak dapat menghubungi orang tua atau kerabat terdekat setelah penusukan.
Polisi menemukan telepon milik korban yang disembunyikan di plastik saat berobat di RSUD Semarang di Ketileng. Kapolsek Gayamsari, Kompol Juara Silalahi mengatakan, telepon genggam yang ditemukan itu menguatkan dugaan Dedek Syahrial (23) asal Pematang Siantar, Sumatera Utara merupakan pelaku pembunuhan.
“Selain telepon genggam kami juga mengamankan gunting dan baju korban,” katanya, Senin (4/8).
Terkait pengakuan Christiandi (33), kerabat korban yang mengaku pernah melihat pelaku foto bersama dengan korban, polisi belum menemukan bukti itu. Sebab, saat pihaknya mencari foto di telepon genggam korban, tidak menemukan foto pelaku.
“Tidak ada foto pelaku. Ini murni pembunuhan karena sakit hati seperti yang dituturkan pelaku,” katanya.
Pelaku nekat menghabisi nyawa korban lantaran sakit hati. Korban tidak terima saat diminta membayar biaya cek kesehatan dan membeli obat herbal yang ditawarkan pelaku saat berada di rumah korban, Minggu (3/8) sekitar pukul 11.00.
Juara mengatakan, pelaku diancam dengan pasal berlapis yakni Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan subsider atau pasal pengganti apabil pasal pertama tidak terbukti dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman maksimal 20 tahun penjara.
“Dua pasal diterapkan karena hasil pemeriksaan unsur curas dan pembunuhan ada,” ujarnya usai memintai keterangan pelaku di sel tahanan Mapolsek Gayamsari.
Pelaku Menyesal
Perasaan bersalah pun terus dirasakan oleh Dedek Syahrial (23), sales obat herbal. Saat menghabisi nyawa gadis yang baru lulus SMA itu juga masih kental dalam pikirannya. “Saya sungguh menyesal dan tidak percaya kalau saya telah membunuh dia (korban-red),” ungkap Dedek.
Untuk menebus rasa bersalah, Dedek berniat untuk meminta maaf kepada keluarga korban yang telah bersedih dan murka atas tindakan yang dilakukannya.
“Nanti nunggu orang tua saya datang dari kampung di Sumatera Utara, kami akan meminta maaf,” ujarnya.
Dedek mengaku apa yang dilakukan di luar dari kesadaran, terlanjur emosi dan tertekan dengan target penjualan yang harus ditutupnya.
Tiba-tiba aksi brutal tersebut keluar begitu saja. Hingga dia menikam leher korban berulang-ulang dengan gunting. “Saat itu saya tidak tahu kalau dia sudah meninggal,” katanya.
Begitu melihat darah bercucuran, dia langsung meninggal keluar dari kamar korban dan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan menghilangkan bekas darah. “Saya juga sempat mengambil telepon genggam dia,” ungkapnya.
Diakuinya, handphone milik korban diambil bukan untuk dimiliki, namun untuk menghilangkan jejak dan supaya korban tidak bisa menelepon orang lain sesaat setelah ditusuk.
“Saya panik jadi untuk menghilangkan jejak, telepon dia saya ambil,” ujarnya |